top of page

Quarter life crisis.

Updated: Jun 30, 2021

Dulu saya sering sekali membayangkan, ketika saya berumur 25 tahun dimana moment seperempat abad, saya akan menikah, sudah magister, bekerja diperusahaan besar sekaligus memiliki usaha sendiri.

Ya, semudah itu imajinasi saya.



Tahun berganti, hingga mulai menemui tahun ke 25 saya sadar itu semua tidak mudah.

Banyak pertanyaan mencuat pada saya, Kapan menikah? Kapan punya usaha sukses? Kapan lanjut kuliah S2? dan masih banyak lagi..


Pada awalnya saya merasa biasa dan baik baik saja. namun, tanpa sadar, hal itu mulai menghantui saya. Lagi dan lagi, saya tau bahwa ukuran menikah, lanjut S2 dan memiliki wirausaha yang sukses tidak hanya karna umur sudah matang saja, melainkan banyak kompenen penting berperan jadi satu didalamnya.


Untuk menikah pun, tidak hanya memiliki pasangan yang saling cinta lalu punya anak, bahkan memulai usaha sendiri tidak semudah kita berjualan lalu laris manis dibeli orang, tidak.. tidak semudah itu.


Bahkan, yang katanya ideal perempuan menikah diusia 25 tahun amat sangat tidak mudah untuk saya melangkah, selain belum menemukan partner yang sevisi, banyak hal yg saya pertimbangkan. Pernikahannya? Dekorasinya?

Bukan. Tapi bahtera rumah tangga setelah pernikahan, akankah lelaki pilihan saya bisa melalui semua kerasnya hidup bersama saya? Begitupun sebaliknya. So, saya belum menemukan yang satu itu, yang meyakinkan saya untuk melangkah bersama.


Usaha sendiri? Di era sekarang banyak anak muda dibawah umur saya, sudah sukses, tapi suksesnya lain cerita dari orang dulu. Sekarang anak muda punya banyak followers, menjadi influencer, conten creator sudah tergolong sukses, karna memiliki banyak eksposure katanya. Versi saya? Tentu masih sama.

Memiliki usaha sendiri apapun itu baik dalam bidang kuliner maupun jualan pakaian masih menjadi andalan. Namun, sampai saat ini saya masih belum memulainya karna kemalasan dan terlalu banyak alasan.


Tema Quarter life crisis ini, sudah jauh saya kenal sebelum saya memasuki range umur 25, bahkan saya sudah mengalami banyak insecuritas sperti khawatir tidak menemukan jati diri, terimbang ambing dan ga punya pilihan. Sekarang gimana? terkadang masih ko.

Manusia memang sperti itu, ga sepenuhnya sempurna.

Dibalik kebaikan ada buruknya, dibalik keburukan ada baiknya, tergantung dari mana kita berperpektif aja.



Terkadang saya merasa kontradiksi, Ya di satu sisi siap menghadapi tantangan berikutnya, namun di satu sisi kekhawatiran saya memuncak, takut belum kenal diri lebih dalam, takut reaksi kepikiran yang berlebih dan emosi yang kadang naik turun suka ga jelas.

Tapi dibalik itu semua, saya hanya bisa bersyukur.


Ga semua pribadi mungkin berpikir serupa tentang quarter life crisis, ada yang udah berhasil, ada yang masih diperjalanan, bahkan ada yg belum mulai utk start. Kalo saya? Curi start dari awal, ketika umur 25 itu datang, saya lebih bisa melewatinya dan nggak perlu mengkhawatirkan banyak hal.


Hamidannisa, di 25 tahun ini. Saya mengucapkan banyak terimakasih, bersyukur karna kuatnya kamu. Saya tau banyak hal yang udah kamu lalui, usaha yang kamu lakukan, doa yang kamu panjatkan, tangis yang kamu tundukkan, dan kamu ga nyerah, SALUT!

ree



Tertanda,

Ciledug, 19 maret 2020.

25 tahunmu, di kala Indonesia dalam masa karantina wabah corona.

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

©2018 Designed by WayOfMida. Proudly created with Wix.com

bottom of page