Dima bumi dipijak, Disinan langik dijunjuang.
- Hamidannisa
- Jun 29, 2021
- 1 min read
Subjek diatas adalah salah satu kiasan dan pesan mama ke anak-anaknya tentang hidup. Dimanapun kamu berada, maka hargailah adat dan lingkungan dimana kamu berdiri, sekiranya kurang lebih begitu penafsirannya.
Menjadi keturunan dari orangtua asli minang, baso awak (minang) bukan jadi bahasa utamaku. Tapi selama dijakarta, dirumah kental sekali nuansa minang karna kedua orang tua dan paman bibiku berkomunikasi dengan baso awak. Sedikit banyaknya aku mengerti dan masih terus belajar :D
Ketika sudah dikampung halaman (minang) minimal kamu bisa membaur dengan bahasa dan kebiasaannya, atau ndak kamu bisa berkawan dengan kiasan diam itu emas sembari tersenyum dan mengangguk.😅
Aku bersemangat ketika belajar hal baru, apalagi segala yang datang dari kampung halaman, minangkabau. Walau ketika bicara baso minang banyak berfikir frasa dan intonasi yang tepat, adakalanya aku berbicara bahasa baku, bahasa indonesia.
Percayalah, ketika kamu membaur dengan masyarakat lokal sekitar, berbicara bahasa mereka atau berperilaku sesuai adat ,kamu sudah seperti lokal. Kamu tidak akan dibedakan atau di mahalkan saat berbelanja😅, percayalah.
Ada kalanya saat keceplosan berbahasa indonesia, yang kadang mama tegur (baso minang se lah ca) yang artinya bicaranya pakai bahasa minang aja ca. Aku tertegun dan seketika hanya mengangguk dan canggung dengan situasi haha.
Tapi ya memang inilah fakta dan serunya.

Commentaires